Popular Post

Fri, March 23 - 2018

By : Unknown

Apa yang akan terjadi jika aku tetap disini?
Rumah
Aku ingin pulang.
Meninggalkan pria brengsek yang cuma bisa mengeluh dan menyalahkan.
Melupakan semua waktu yang pernah "ka-mi" lewati bersama.
Tak lupa melupakan dan memaafkan seluruh goresan luka, yang secara fisiologis dan psikologis sangat mengganggu.
Sakit

Memar di kepala, wajah, bahu, lengan, pinggang, kaki dan bagian terintim dari manusia -"hati"-
Aku harus benar-benar pulang
Ke tempat dimana ga ada satu makhlukpun yang tega menyakiti
Rumah

Tapi sedikit banyak
Aku mengkhawatirkannya.
Apa dia akn baik-baik saja?
Tanpaku?

Haruskah?
Kuturuti keegoisanku untuk meninggalkannya?
Dengan semua sumpah serapahnya?
Esok

Aku tetap INGIN PULANG

cie C I N T A

By : Unknown
Love at first sight

Ayolah itu cuma mitos!
Ga ada yang namanya cinta pada pandangan pertama :)
Yang ada hanya kagum!
Iya kagum!

Cinta,
Agak geli sebenarnya ngebahas tentang ini.
Tapi, aku pernah mencintai.
Dan juga di cintai, ya sepertinya begitu.
Aku pernah benar-benar mencintai seseorang sebesar yang sampai saat ini aku ga pernah tau seberapa besarnya. Tapi dalam ingatanku, itu sangat amat besar.
Sampai pada akhirnya aku kecewa dan logika ku mulai menolak untuk mengakui bahwa itu cinta :)
Bahwa aku pernah mencintai!
Itu yang membuat otak ku bekerja keras mencari pembelaan diri mengenai kasus satu ini.
Dan akhirnya ketemu!
Itu bukan cinta, bukan juga kagum.
Tapi itu ketergantungan!
Saat kita lama bersama seseorang, kita secara tidak langsung mulai bergantung padanya.
Apa saja yang dia lakukan, yang dia bicarakan, yang dia pesankan, dan segala hal tentang dia telah menjadi kebiasaan kita dan itu yang membuat kita kehilangan saat dia tiba-tiba pergi.
Dan sekali lagi, itu BUKAN CINTA!

Ada beberapa nama yang pernah mengajarkan secara khusus tentang apa itu cinta.
Tentang bagaimana rasanya, bagaimana wujudnya, bagaimana gejalanya, bagaimana cara mendapatkannya, dan bagaimana menyampaikannya!

Kata mereka,

"Saat kita sedang mencintai seseorang, apapun yang kita lakukan yang kita pikirkan semua seputar tentang orang itu!"

SATU pembelaan logikaku tentang ini.
Ini pasti sangat mustahil, yang dia pikirkan sebenarnya adalah dirinya sendiri bukan orang yang (menurut mereka) mereka cintai itu.
Sama seperti seorang istri yang menangisi suaminya yang sedang meninggal.
Yang di sedihkannya bukan suaminya yang meninggal tetapi dirinya yang telah menjadi janda!
Seperti seorang anak yang menangisi ayah dan ibunya yang telah meninggal, yang di tangisinya bukan orang tuanya tapi dirinya yang akhirnya menjadi yatim piatu!
Dan semua itu membuktikan
Manusia tidak pernah memikirkan yang lain selain dirinya!
Oke sekali lagi logikaku masih menolak bahwa cinta itu benar-benar ada!

Lanjut kata mereka

"Saat kita mencintai seseorang kita akan merasa sedih ketika orang itu pergi."

DUA lagi-lagi logika ku menolak untuk menyetujui ini.
Seperti yang sebelumnya ku katakan (tulis) bahwa semakin lama kita berinteraksi dengan seseorang kita secara tidak langsung akan mulai bergantung kepadanya.
Dan apapun yang dia lakukan, ucapkan dan segala hal tentang dia telah menjadi kebiasaan.
Dari segala hal yang paling susah kita lupakan adalah kebiasaan.
Kita berlangganan sebuah majalah, setiap hari kita membaca majalah tersebut.
Namun suatu hari majalah itu berhenti terbit, dan kebiasaan kita membaca majalah itu berhenti!
Yang awalnya kita rasakan adalah kehilangan!
Namun seiring berjalannya waktu kita akan mulai terbiasa lagi dan semua akan baik-baik saja. (ini yang teman2 bilang move on)

Oke jadi masih tetap logika ku menganggap cinta itu bullshit! :3



NB : Jangan kaitin ini sama CINTA manusia dengan TUHAN! :3
Well, ini hanya sekedar "argument" yang sama sekali ga pengen di kritik :v
Cuma sekedar pemikiran gila seorang bocah labil yang bener-bener menolak mengaku pernah mencintai! :3

And then :3
Makaseeeehhh yang udah nyempetin baca :v

Mukhtashar Raudhur-Raiyahin-Allamah Alyafi'iy - Cerita 29

By : Unknown

Cuma ngebantu nge share yg ada di buku aja :v
Sumber : Mukhtashar Raudhur-Raiyahin-Allamah Alyafi'iy


Sebelumnya saya memohon maaf kepada penulis atas kelancangan memposting dan sedikit menyederhanakan bahasa di cerita ini, tapi itu udah di cantumin sumbernya kok >.< (ceritanya ga mau di salahin :v )

Certa 29

Ketika Nabi Ayyud a.s menerima cobaan dari Allah, datanglah malaikat Jibril a.s atas perintah Allah. Ia berkata :
"Wahai Ayyub, Allah akan menurunkan cobaan kepadamu, yang mana cobaan itu gunung-gunung pun tidak mampu menanggungnya. Nah bagaimana pendapatmu?"
Nabi Ayyub a.s lalu menjawab :
"Wahai Jibril, selagi aku masih mampu menghubungkan dirika ke hadratNya aku akan tetap tabah dan sabar menghadapi cobaan yang seperti apapun."
Maka dengan spontan suatu suara menyerunya
"Wahai Ayyub, kini bersedialah untuk menerima balaKu, dan sabarlah atas hukumanKu dan qadhaKu."

Adapun mengapa Nabi Ayyub di coba dengan ujian yang berat itu adalah karena kegagalan syaitan dalam mencobanya dan mengganggunya. Maka berkata syaitan kepada Tuhan :
"Ya Tuhan, kekuatan ibada Ayyub dan kesyukurannya kepadaMu adalah semata-mata karena dia kaya raya dan selalu sehat wal'afiat. Sekiranya Engkau mengijinkan saya, maka saya akan menghabiskan segala daya dan upaya yang dimilikinya (harta, kesehatan, dll) kemudian pastilah dia tidak akan mengingat Engkau."

Kemudian Allah berfirman :
"Tidak, Ayyub adalah hambaKu yang benar-benar soleh, ia berbakti kepadaku dengan sungguh-sungguh bukan karena dia kaya atau sehat wal'afiat. Jika engkau tidak percaya, lakukanlah apapun yang ingin kamu lakukan dia pasti tidak akan berubah sedikitpun"

Syaitan lalu turun ke bumi dan mencoba Nabi Ayyub a.s. Cobaan pertama yang di alami Nabi Ayyub adalah kematian anaknya. Namun Nabi Ayyub a.s tetap tabah dan tekun beribadah kepada Allah.
Cobaan kedua, semua harta yang dimiliki Nabi Ayyub hangus terbakar dan begitu pula lainnya. Namun begitu, Nabi Ayyub semakin giat beribadah dan semakin berdaya upaya mengabdikan dirinya kepada Allah. Beliau berkata :
"Semua harta kekayaan ini adalah karunia Tuhan, sekiranya Tuhan ingin Dia bisa mengambil semuanya, dan kalu tidak Dia juga bisa membiarnkannya bersamaku. Semua itu adalah hakNya, Dia boleh berbuat menurut kehendakNya."
Cobaan ketiga, syaitan meniup tubuh Nabi Ayyub a.s di saat beliau sholat di waktu shubuh, maka beribu-ribu ulat muncul di tubuhnya. Menggigitnya dan memakan dagingnya. Walaupun demikian, beliau tetap berdzikir lahir batin kepada Allah, bahkan beliau berkata :
"Alhamdulillah, Tuhan berkenan menjadikan diri hamba untuk berbakti kepadaNya dan Tuhan memberikan karuniaNya sehingga hamba selalu dapat mengingatnya."

Nabi Ayyub a.s sekalipun dalam cobaan yang demikian hebat, namun dia tidak sekejappun melalaikan Tuhannya. Kulit tubuh beliau telah hancur di gigit oleh ribuan ulat yang memakannya sehingga daging beliau habis dan tinggallah tulang-tulang saja. Beliau terus sabar menerima cobaan itu, bahkan sekiranya seekor ulat itu jatuh ke tanah, beliau akan mengambilnya dan meletakkannya kemabali pada tempat darimana dia jatuh, seraya berkata :
"Makanlah hidangan dari tubuhku ini."
Sekali peristiwa, malaikat Jibril a.s turun menemui beliau, lalu mengucapkan salam. Nabi Ayyub a.s tidak menjawabnya. Oleh karena itu maka Jibril bertanya :
"Mengapa anda tidak menjawab salamku?"
"Maaf wahai Jibril" Jawab Nabi Ayyub, "Allah yang sangan hamba cintai mengirimkan tamunya kepada hamba berupa ulat-ulat untuk hamba beri makan dengan daging hamba. Hamba khawatir jika menjawab salammu saat itu ulat-ulat itu akan jatuh dari tempatnya, sehingga dapat menghalangi dia dari memakan rezekinya. Maka akan berdosalah nanti hamba kepada Allah."


Subhanallah >.<


Mukhtashar Raudhur-Raiyahin-Allamah Alyafi'iy - Cerita 59

By : Unknown
Cuma ngebantu nge share yg ada di buku aja :v
Sumber : Mukhtashar Raudhur-Raiyahin-Allamah Alyafi'iy


Sebelumnya saya memohon maaf kepada penulis atas kelancangan memposting dan sedikit menyederhanakan bahasa di cerita ini, tapi itu udah di cantumin sumbernya kok >.< (ceritanya ga mau di salahin :v )


Cerita 59, halaman 278

Di ceritakan oleh Bohlul r.a

Pada suatu hari ketika aku berjalan-jalan di tengah-tengah kota Bashrah, aku menjumpai banyak anak-anak yang sedang bermain kelereng. Kemudian aku melihat salah seorang di antara mereka sedang menangis. Aku kasihan kepada anak itu, aku berpikir 'mungkin dia tidak memiliki kelereng, makanya dia menangis'.

Aku mendekati anak yang menangis itu, lalu berusaha membujuknya
"Jangan menangis, nanti ku belikan kamu kelereng untuk bermain"
Mendengar bujuk rayuku anak itu berhenti menangis, tetapi raut wajahnya terlihat membantah bujukanku. Aku tidak mengerti, tetapi tetap saja ku lanjutkan bujukanku
"Ayo ku belikan kamu kelereng supaya kamu bisa bermain dengan mereka" sambil aku menunjukkan telunjukku kepada anak-anak yang sedang bermain di situ.
"Orang tua bodoh yang tidak punya akal" anak itu mencelaku.
Aku terperanjat mendengar kata-kata itu dari mulutnya.
"Kami ini bukan di ciptakan Tuhan untuk bermain-main". dia lalu menangis lagi.
Saya lebih kaget lagi setelah mendengar ucapannya yang terakhir itu. Apakah dia faham akan apa yang diucapannya?
"Jadi, untuk apa kita di ciptakan Tuhan?" tanyaku meminta penjelasan.
"Untuk belajar ilmu dan untuk beribadah" Jawabnya dan kini dia sudah tidak menangis lagi, hatinya lega setelah dia meluapkan apa yang mengganjal di hatinya.
"Untuk belajar ilmu dan mengerjakan ibadah?" Aku dengan kagum mengulangi perkataannya tadi. "Fahamkah kamu apa yang kamu katakan itu?" Tanyaku sekali lagi.
Dia tidak langsung menjawabku, kali ini dia mengamat-amati wajahku. Saya heran dengan apa yang ada di pikiran anak ini.
"Jika kamu tau, katakanlah" pintaku 
"Tidakkah paman pernah membaca ayat Al-Qur'an?"
"Coba jelaskan kepadaku" Pintaku sekali lagi.
"Ayat ini" 
  .أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّما خَلَقْناكُمْ عَبَثاً وَ أَنَّكُمْ إِلَيْنا لا تُرْجَعُون
Maksunya : Apakah kamu menyangka bahwa itu semua Kami jadikan dengan sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ? 
(Al-Mu'minun : 115)

"Wah, benar sekali kata-katamu itu" Aku kagum dan heran, seorang anak yang masih kecil begini sudah pintar menghujah orang tua dengan kata-kata yang benar sekali.
"Aku belum pernah menemui seorang anak yang seperti kamu ini, siapa yang mengajarimu?"
"Ibuku" jawabnya pendek.
"Maukah kamu memberiku nasehat?" tanyaku. "Meskipun kamu masih kecil, kamu adalah orang yang bijak" tambahku.
Dia terlihat senang dengan pujianku dan kemudian dia merangkaikan syair ini :

Aku lihat dunia terus diperhatikan orang
Dikejar kesana kesini diminati bukan kepalang
Namun dunia ini tidak pernah kekal bagi yang mengejarnya
Dan yang mengejarnya pula tiada selamanya kekal dengan dunianya
Bahkan maut yang kejam terus membuntuti mangsanya
Laksana seekor kuda tangkas yang laju berlarinya
Wahai orang yang terharu dengan dunia, perlahan sebentar
Ambillah apa saja darinya ala kadar tapi mesti benar

Anak itu lalu mengangkat kepalanya ke arah langit, sedangkan jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke atas. Lisannya pun terus berkomat-kamit entah apa yang di ucapkannya, kemudian dia menangis. Air matanyapun bercucuran membasahi kedua pipinya. Kemudian dia terjatuh dan pingsan.
Aku segera mengangkat kepalanya dan meletakkannya ke atas pangkuanku. Debu-debu yang melekat di wajahnya ku bersihkan sampai dia sadar kembali. Setelah dia sadar, sayapun bertanya :
"Hei anak kecil" kataku "Apa yang terjadi kepadamu? Bukankah kamu masih kecil dan kamu belum menanggung dosa apapun". Ku coba menenangkan dirinya dengan kata-kata yang meringankan pikirannya.

"Kenapa paman Bohlul bicara seperti itu?" Aku heran darimana dia tau namaku.
"Itukan benar" Kataku.
"Tapi aku pernah melihat ibuku menghidupkan api dengan kayu-kayu yang kecil sebelum yang besar" jelasnya.
"Lalu?" tanyaku.
"Kata ibuku, sebelum yang besar dibakar, mesti yang kecil dulu"
"Iyalah, memang begitu caranya" kataku.
"Aku takut menjadi kayu-kayu yang kecil yang di bakar di dalam neraka Jahannam sebelum yang besar." ujarnya.
Mendengar ucapannya yang terakhir itu, keringatku mengucur kemudian aku terjatuh dan pingsan. Entah berapa lama aku dalam keadaan seperti itu. Orang-orang ramai mengerumuniku. Dan ketika aku sadar aku mencari-cari anak itu namun dia sudah tidak ada.
"Dimana anak yang mangis tadi?" tanyaku kepada anak-anak yang sedang bermain tadi.
"Dia sudah pergi" Jawab mereka.
"Kalian kenal siapa anak tadi?" tanyaku lagi
"Paman tidak kenal dia?" mereka balik bertanya.
"Tidak kenal" jawabku.
"Dia dari keturunan Sidi Husain." jawab mereka.
"Sidi Husain?" tanyaku lagi.
"Tidak tau Sidi Husain?" 
"Tidak" jawabku lembut.
"Sidi Husain bin Ali bin Abi Talib, cucu Nabi"

Saya menggaruk-garuk kepala seperti orang bodoh dan anak-anak itu tertawa melihatku.

END :3

Pesan moral yang kita dapat 
Jangan sesekali mencoba membelikan kelereng untuk anak yang sedang menangis :)

Sunday, January 11, 2015

By : Unknown
Masa lalu, selalu bisa membuat ragu tiap langkah yg ku jejakkan.
Apa kamu siap untuk ku salah-kan lagi dan lagi?

Ketika aku udah benar-benar melupakanmu, selalu ada yg ngebuat aku berhenti dan kembali mengingatmu.
Rasanya sia-sia, menutup tempat di hatiku untukmu.
Aku yakin kamu juga begitu.
Karna aku juga ga rela kamu melupakanku.
Bahkan walaupun kita telah sama-sama tau faktanya.
Kembali mengikat satu sama lain seperti dulu itu MUSTAHIL!
Tapi, untuk saling melupakan juga
SANGAT MUSTAHIL!

Waktu yang pernah kita lalui bersama, pengalaman-pengalaman indah yg kadang selalu ter-mimpi-kan, tempat-tempat yg sering kita kunjungi, juga hal-hal kecil seperti ocehanmu mengenai ini dan itu yg pasti ga sesuai dengan pemikiranmu, selalu berkeliling dipikiranku ketika aku berniat melupakanmu.

Kamu aklsjdheueiwowprgbhnjhbhdjbsdbcdjndshbdsdnjdndjdsbdcbhdcbhdhbdhbhbdbhhbdbhdc

Thursday, November 27, 2014

By : Unknown
Sejauh apapun kita lari,
Sekuat apapun usaha kita untuk menjauhi satu sama lain
Selalu saja ada saat yang membuat kita harus bertemu.
Berhadapan, saling memandang dan pasti akan berakhir dengan mengenang masa lalu.
Kutukankah?
Atau takdir?


Aku pernah berharap, berharap dan terus berharap hingga aku bosan.
Kamu pun ga jauh berbeda denganku.
Aku yakin itu.
Karna, selalu ada ruang kosong di hatimu yang masih kamu sisakan untuk menyimpan kenangan kita dulu.
Bahkan barisan putri-putri jelita itu ga mampu membuatmu melupakanku?
Apa aku benar?

Dan aku juga begitu.
Dan hanya sabatas itu.
Kamu, dan aku
Cuma sekedar kepingan dari masa lalu!
Itu kenyataan yg paling menakutkan yang pernah kita alami.

Kehilangan bukan berarti kematian.
Tapi aku sebenarnya berharap, kalau aku kehilanganmu karna kematian.
Ya se-engga nya aku ga akan bertemu denganmu dan mengenang semuanya lagi.
Jadi,
Apa kamu mau mati untukku? :3
Ayolah, aku sanggat berharap. :3

- Copyright © Rei Riie - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -